8 Kebudayaan Khas Solo yang Masih Eksis Sampai Sekarang

Kebudayaan adalah salah satu hal yang sangat penting bagi setiap daerah, karena melalui kebudayaan inilah yang menjadi cerminan maupun lambang bagaimana daerah tersebut bisa dikenal. Bukan hanya destinasi wisata, dan makanan khas yang menjadi andalan setiap daerah agar menarik minat wisatawan domestik maupun manca negara, ternyata kebudayaan ataupun upacara adat Solo ini mampu mendatangkan banyak keuntungan.

Memang ada banyak sekali kebudayaan dan upacara adat  Solo yang membuat para wisata lokal ataupun asing merasa penasaran dan ingin datang ke Solo. Artikel di bawah ini akan membahas beberapa kebudayaan khas kota Solo yang masih eksis sampai sekarang. karena Solo menjadi kota yang sangat terkenal melalui destinasi wisata, makanan khas, upacara adat Solo, dan kebudayaannya.

8 Budaya di Solo yang Unik

8 Budaya di Solo yang Unik

Hal ini dikarenakan Kota Solo hingga saat ini masih mempertahankan kebudayaan yang dimilikinya sehingga menjadi hal yang menarik untuk datang  wisata solo ini. Berikut ini ada berbagai ragam kebudayaan khas kota Solo yang masih eksis hingga sekarang di antaranya:

1. Sekaten Surakarta

Sekaten Surakarta

Perayaan yang sering kali dilaksanakan di bulan Maulud yaitu Sekaten. Acara ini bertujuan untuk memperingati kelahiran dari Nabi Muhammad SAW. Grebeg Maulud ini dilaksanakan pada tanggal 12 Maulid.

Sementara Sekaten diadakan hingga 2 minggu tepatnya di alun-alun. Ada banyak sekali acara yang bisa Anda temukan di acara pesta rakyat ini. Seperti arena permainan anak, pasar malam, acrobat, bahkan sampai dengan berbagai pertunjukan seni Solo.

2. Batik Karnaval

Batik Karnaval

Festival tahunan yang selalu diadakan oleh pemerintah kota Surakarta yaitu Solo Batik Karnaval. Dalam festival ini harus menggunakan batik untuk dijadikan bahan utama dalam pembuatan kostum. Peserta karnaval nantinya akan membuat kostum karnaval sesuai tema yang telah ditentukan.

Sementara peserta akan mengenakan kostumnya sendiri. Setelah itu berjalan di atas catwalk di Jalan Slamet Riyadi. Setiap bulan Juli, karnaval ini diadakan setiap tahunnya sejak dari tahun 2008, bahkan hingga sampai sekarang.

3. Grebeg Maulud

Grebeg Maulud

Dalam memperingati Maulud Nabi Muhammad SAW, maka perhelatan menandai puncak tradisi Sekaten dengan mengadakan Grebeg maulud. Acara ini diadakan di Keraton kasunanan Surakarta menuju Masjid Agung.

Kemudian akan dilakukan doa bersama. Nantinya dua pasang gunungan hasil dari bumi secara langsung diperebutkan oleh warga yang datang di halaman masjid.

4. Grebeg Sudiro

Grebeg Sudiro

Perayaan yang bertujuan untuk memperingati tahun baru Imlek yaitu dinamakan Grebeg Sudiro. Festival solo ini dilakukan dengan cara perpaduan antara budaya Tionghoa dan Jawa sejak tahun 2007.

Acara ini seringkali dilakukan dan dipusatkan di daerah Pasar Gede maupun Balong yaitu Kelurahan Sudiroprajan maupun Balaikota Solo. Hingga saat ini tahun 2020 acara Grebeg Sudiro masih eksis di kota Solo.

5. Kirab Pusaka Keraton

Kirab Pusaka Keraton

Kirab pusaka yang dilaksanakan di Keraton Kasunanan Surakarta adalah kegiatan yang menunjukkan untuk perayaan tahun baru satu suro yang menjadi salah satu kearifan lokal surakarta. Untuk rute yang ditempuh kurang lebihnya 3km. rute dimulai dari Keraton menuju alun-alun utara Jalan Mayor Kusmanto Jalan Kapten Mulyadi Jalan Veteran Jalan Yos Sudarso Jalan Slamet Riyadi dan berakhir Ke Keraton lagi.

Untuk pusaka yang mempunyai daya magis tersebut nantinya dibawa para Abdi dalem dengan busana Jawi jangkep. Kirab berada paling depan yaitu sekelompok kebo bule yang dinamakan sebagai Kyai selamat. Sementara untuk barisan para pembawa pusaka di belakangnya. Acara ini diadakan di malam hari menjelang tanggal satu Suro di puro Mangkunegaran dan Keraton Surakarta.

6. Upacara Adat Mahesa Lawung

Upacara Adat Mahesa Lawung

Upacara adat Solo ini diadakan pada setiap hari Senin maupun Kamis pada bulan Jumadil Akhir. Untuk prosesinya dilakukan para Abdi Dalem Keraton. Setelah itu pembuka adat keraton akan membacakan doa. Semua peserta ritual akan membawa sesaji makanan beserta kepala kerbau ke Alas Krendowahono.

Sementara jarak antara Keraton Surakarta dengan Alas Krendowahono yaitu kisaran 15 km. Nantinya peserta ritual akan meletakkan sesaji pada area pepunden Alas Krendowahono. Setelah acara peletakan kepala kerbau selesai maka adat Mahesa Lawung akan ditutup dengan makan bersama.

7. Ritual Kalah Ayu

Ritual Kalah Ayu

Ritual kalah Ayu akan dilaksanakan setiap kali adanya gerhana matahari. Prosesi tersebut diawali dengan cara mengarak sesaji yang berbentuk gunungan. Isi dari sesaji tersebut yaitu berupa hasil dari bumi. Misalnya seperti kacang-kacangan, buah-buahan, rempah-rempah, maupun padi. Budaya kota solo ini menjadi destinasi yang wajib kamu tahu untuk melestarikan budaya Indonesia.

Sesaji tersebut nantinya dibawa oleh orang yang berpakaian putih menggunakan selendang dipundaknya. Hal ini mirip seperti Empu zaman kuno. Sesaji tersebut akan dibawa ke halaman Balai Soedjatmoko. Apabila sudah sampai di sana maka peserta dari ritual mengadakan ritual Adang Ageng yang menggunakan kukusan maupun kenceng. Sesaji akan dibagikan pada masyarakat apabila prosesi sudah selesai.

8. Sadranan

Sadranan

Sadranan adalah ritual pengiriman doa pada para arwah leluhur maupun ahli waris yang telah meninggal dunia. Acara ini diadakan pada setiap bulan ruwah atau menjelang bulan puasa Ramadan. Hal utama yang di laksanakan yaitu dengan pembacaan tahlil, dzikir, dan doa Yasin bersama.

9. Tarian Bedhaya Ketawang

Tarian Bedhaya Ketawang

Ritual yang masih dilestarikan Keraton Solo adalah tari Bedhaya Ketawang. Tarian ini mengandung begitu banyak misteri.Tarian yang menjadi budaya dimkota Solo ini mempunyai sifat sakral yang melebihi tarian apapun dalam sejarah Kerajaan Mataram. Tarian ini hanya dilakukan setahun sekali pada peringatan naiknya sang raja ke atas takhtanya.

Bedhaya Ketawang menceritakan kisah percintaan Panembahan Senapati dengan Kanjeng Ratu Kencana Hadisari atau Ratu Pantai Selatan. Tarian yang berdurasi sekitar dua jam ini memiliki tiga alur cerita.Bedhaya Ketawang ditarikan oleh sembilan perempuan. Angka tersebut mewakili sembilan lubang di tubuh manusia. Para penari memakai pakaian dan riasan yang sama dengan pasangan atau riasan yang menyerupai pengantin.

Busana pengantin konon terinspirasi dari busana Bendara Bedhaya. Sebuah dodhot menghadap ke arah telaga dengan berbagai motif binatang juga digunakan. 


Hal unik yang bisa dijumpai yaitu bahwa para masyarakat datang dan berbondong-bondong mengikuti acara adit. Tujuannya yaitu bersilaturahmi serta menjalin persaudaraan dengan cara mengunjungi rumah-rumah. Selain itu acara tersebut juga bertujuan supaya mencari berkah pada leluhur yang sudah meninggal.

Kota Solo memang menjadi tempat berdirinya Kerajaan Mataram Kuno dan jejak dari Mataram tersebut memang masih terlihat di Keraton Surakarta Hadiningrat. Hal menarik yang terpancar dari Kota Solo yaitu walaupun sudah tersentuh modernisasi, namun kebudayaan Jawa yang ada di Keraton tetap dibudidayakan dan tidak luntur.

Bayu Kurniawan

SEO Specialist di Ahlinesia, berpengalaman lebih dari 4 tahun dalam SEO dan sangat tertarik pada digital marketing.

Tinggalkan komentar